Jam 4 pagi kita siap-siap berangkat ke puncak bukit Sikunir untuk menikmati gunung dan sunrise. Dari rumah menginap di Dieng Plateau, disini juga banyak disediakan homestay, kita mengunakan motor sekitar 20 menit untuk mencapai kaki sikunir dan 20 menit selanjutnya untuk mencapai puncak Sikunir. Kita bisa memarkirkan motor di sekitar telaga cebong, sebagai titik awalpendakian sikunir. Saya tidak begitu pandai menilai keindahan sunrise, tapi yang jelas matahari begitu indah untuk dinikmati pagi itu tepat dipuncak sikunir. Terbit perlahan disela-sela jejeran gunung yang menjulang. Kabut awan putih yang berputar mengelilingi gunung menambah keindahannya. Konon katanya waktu yang tepat untuk mendaki adalah sekitar bulan juli-agustus. Kita juga pada saat itu kebetulan bertemu dengan coach Indra Syafri, pelatih U-19 dan sempat berfhoto-fhoto.
Setelah menikmati kawah sikidang yang baunya persis telur busuk, sebenarnya saya tidak menikmati kawahnya tapi pemandangannya heeee, kita menuju telaga warna. Letak eksotisme telaga ini adalah ia memiliki keunikan warna di permukaan danau yang bisa berubah-ubah. Ditambah lagi suasana yang masih sangat asri dan udara yang sejuk ditambah dikelilingi oleh hutan dan bukit. Di area ini tidak hanya menyajikan danau saja, namun juga masih banyak tempat wisata yang bisa kita lihat seperti goa-goa yang berbau mistik.
Selain makanan khas tempe kemul, ada satu makanan khas Dieng yang juga sangat sayang jika tidak kita cicipi, yaitu Carica. Carica merupakan nama yang diambil dari nama latin yang berarti papaya. Ya, buahnya persis papaya sehingga sering juga orang menyebutnya papaya hutan. Cara penyajian dan rasanya juga unik. Carica kebanyakan dibuat menjadi manisan yang lezat, bisa dihidangan dengan ditambah es ataupun tidak. Konon katanya buah ini di Indonesia hanya tumbuh di Dieng, meskipun ada juga yang bilang tidak hanya di Dieng. Salam Traveler :-p