Willy Ramadan

Traveller

Learner

Reader

Writter

I'm Willy Ramadan,
Reader & Traveller
from Banjarmasin, Indonesia.

I have rich experience in web site design & building and customization. Also I am good at html, css, javascript, wordpress, php, jquery, bootstrap. I love to talk with you about our unique approach. Feel free to contact me writing an email with your project idea.

What I Do
UI/UX Design

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Brand Identity

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Web Design

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Mobile Apps

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Analytics

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Photography

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam.

Recent Works

Menikmati Sentuhan Sunrise di Puncak Sikunir – Dieng


Mencintai INDONESIA di ketinggian 2.350 meter 

Akhirnya terjadwal juga untuk ngetrip ke Dieng, sebuah desa tertinggi di pulau jawa. Untuk mencapai desa dieng kita memutuskan untuk menggunakan sepeda motor. Dengan 3 jam perjalanan dari Jogjakarta mulai berangkat jam 9 pagi dan kita tiba jam 12 di Wonosobo. Kita memutuskan untuk istirahat sebentar di Wonosobo untuk melepas lelah dan kemudian jam 5 sore kita melanjutkan perjalanan ke Dieng. Perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 2,5 jam, dan sebelum kita memasuki desa Dieng dinginnya sudah menyambut kita sepanjang perjalanan. Memasuki desa Dieng udara dingin semakin menusuk tulang, benar saja kata beberapa teman yang pernah menjajaki Dieng dinginnya betul-betul membuat gigi gemeretak dan kaki gemetar.
Mampir dulu di Wonosobo

Belum nyampe Dieng udah pada menggigil :-D

 Di Dieng kita menumpang ditempat seorang teman ( temannya teman sih sebenarnya, lumayan menekan budget :-D ). Bagi traveler yang memiliki budget lebih, bisa memilih untuk menyewa homestay, harganya berkisar 500 ribuan tergantung jenis dan fasilitasnya. Namun, bagi yang tidak punya banyak budget jangan khawatir, kita bisa memilih untuk ngecamp di dekat danau Sikunir. Tentu resikonya hawa dingin disini akan lebih tajam. Malam itu nampaknya saya dan teman-teman beruntung beruntung, di desa kita sempat menyaksikan masyarakat setempat yang sedang latihan kuda lumping.


Masyarakat Latihan Kuda Lumping

Jalan-jalan di sepanjang Desa Dieng Plateau

Jam 4 pagi kita siap-siap berangkat ke puncak bukit Sikunir untuk menikmati gunung dan sunrise. Dari rumah menginap di Dieng Plateau, disini juga banyak disediakan homestay, kita mengunakan motor sekitar 20 menit untuk mencapai kaki sikunir dan 20 menit selanjutnya untuk mencapai puncak Sikunir. Kita bisa memarkirkan motor di sekitar telaga cebong, sebagai titik awalpendakian sikunir. Saya tidak begitu pandai menilai keindahan sunrise, tapi yang jelas matahari begitu indah untuk dinikmati pagi itu tepat dipuncak sikunir. Terbit perlahan disela-sela jejeran gunung yang menjulang. Kabut awan putih yang berputar mengelilingi gunung menambah keindahannya. Konon katanya waktu yang tepat untuk mendaki adalah sekitar bulan juli-agustus. Kita juga pada saat itu kebetulan bertemu dengan coach Indra Syafri, pelatih U-19 dan sempat berfhoto-fhoto.

Love Indonesia

Assisten Coach :-D

Indonesia, Loving You Forever

Puas menikmati sunrise di puncak sikunir jam 7.30 kita putuskan untuk turun dan menuju wisata kawah sikidang. Di area kawah kita putuskan untuk sarapan pagi dan mencoba mecicipi mendoan khas wonosobo, tempe kemul. Mendoan atau gorengan wonosobo memang memiliki rasa yang khas dan berbeda. Sebab tahu atau tempenya langsung digoreng dengan tepung basah dari bahan singkong, bukan dari tepung yang sudah dibungkus di pasaran. Rasanya benar-benar gurih dan renyah dinikmati dalam keadaan panas, apalagi di suasana dieng yang dingin. Makanan khas ini sangat rekomended untuk dicicipi pencinta kuliner.

Pendaki :-D

Setelah menikmati kawah sikidang yang baunya persis telur busuk, sebenarnya saya tidak menikmati kawahnya tapi pemandangannya heeee, kita menuju telaga warna. Letak eksotisme telaga ini adalah ia memiliki keunikan warna di permukaan danau yang bisa berubah-ubah. Ditambah lagi suasana yang masih sangat asri dan udara yang sejuk ditambah dikelilingi oleh hutan dan bukit. Di area ini tidak hanya menyajikan danau saja, namun juga masih banyak tempat wisata yang bisa kita lihat seperti goa-goa yang berbau mistik. 

Telaga Warna, Pinjem Model Tuan Rumah :-D

Selain makanan khas tempe kemul, ada satu makanan khas Dieng yang juga sangat sayang jika tidak kita cicipi, yaitu Carica. Carica merupakan nama yang diambil dari nama latin yang berarti papaya. Ya, buahnya persis papaya sehingga sering juga orang menyebutnya papaya hutan. Cara penyajian dan rasanya juga unik. Carica kebanyakan dibuat menjadi manisan yang lezat, bisa dihidangan dengan ditambah es ataupun tidak. Konon katanya buah ini di Indonesia hanya tumbuh di Dieng, meskipun ada juga yang bilang tidak hanya di Dieng. Salam Traveler :-p   

Carica dalam bentuk Manisan

Wujud Asli CARICA

Syal, satu satu ole-oleh kreatifitas Masyarakat Dieng


                  
Contact Me

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact Me

Willy Ramadan Al-Verona

Buat Lencana Anda

Followers

Adress/Street

12 Street West Victoria 1234 Australia

Phone number

+(12) 3456 789

Website

www.johnsmith.com