Mencintai INDONESIA di ketinggian 2.350 meter
Akhirnya terjadwal
juga untuk ngetrip ke Dieng, sebuah desa tertinggi di pulau jawa. Untuk
mencapai desa dieng kita memutuskan untuk menggunakan sepeda motor. Dengan 3
jam perjalanan dari Jogjakarta mulai berangkat jam 9 pagi dan kita tiba jam 12
di Wonosobo. Kita memutuskan untuk istirahat sebentar di Wonosobo untuk melepas
lelah dan kemudian jam 5 sore kita melanjutkan perjalanan ke Dieng. Perjalanan
ke sana memakan waktu sekitar 2,5 jam, dan sebelum kita memasuki desa Dieng
dinginnya sudah menyambut kita sepanjang perjalanan. Memasuki desa Dieng udara
dingin semakin menusuk tulang, benar saja kata beberapa teman yang pernah
menjajaki Dieng dinginnya betul-betul membuat gigi gemeretak dan kaki gemetar.
Mampir dulu di Wonosobo
Belum nyampe Dieng udah pada menggigil :-D
Di Dieng kita
menumpang ditempat seorang teman ( temannya teman sih sebenarnya, lumayan
menekan budget :-D ). Bagi traveler yang memiliki budget lebih,
bisa memilih untuk menyewa homestay, harganya berkisar 500 ribuan
tergantung jenis dan fasilitasnya. Namun, bagi yang tidak punya banyak budget
jangan khawatir, kita bisa memilih untuk ngecamp di dekat danau Sikunir.
Tentu resikonya hawa dingin disini akan lebih tajam. Malam itu nampaknya saya
dan teman-teman beruntung beruntung, di desa kita sempat menyaksikan masyarakat
setempat yang sedang latihan kuda lumping.
Masyarakat Latihan Kuda Lumping
Jalan-jalan di sepanjang Desa Dieng Plateau
Jam 4 pagi kita
siap-siap berangkat ke puncak bukit Sikunir untuk menikmati gunung dan sunrise.
Dari rumah menginap di Dieng Plateau, disini juga banyak disediakan homestay,
kita mengunakan motor sekitar 20 menit untuk mencapai kaki sikunir dan 20 menit
selanjutnya untuk mencapai puncak Sikunir. Kita bisa memarkirkan motor di
sekitar telaga cebong, sebagai titik awalpendakian sikunir. Saya tidak begitu
pandai menilai keindahan sunrise, tapi yang jelas matahari begitu indah untuk
dinikmati pagi itu tepat dipuncak sikunir. Terbit perlahan disela-sela jejeran
gunung yang menjulang. Kabut awan putih yang berputar mengelilingi gunung
menambah keindahannya. Konon katanya waktu yang tepat untuk mendaki adalah
sekitar bulan juli-agustus. Kita juga pada saat itu kebetulan bertemu dengan coach
Indra Syafri, pelatih U-19 dan sempat berfhoto-fhoto.
Love Indonesia
Assisten Coach :-D
Indonesia, Loving You Forever
Puas menikmati
sunrise di puncak sikunir jam 7.30 kita putuskan untuk turun dan menuju wisata
kawah sikidang. Di area kawah kita putuskan untuk sarapan pagi dan mencoba
mecicipi mendoan khas wonosobo, tempe kemul. Mendoan atau gorengan wonosobo memang
memiliki rasa yang khas dan berbeda. Sebab tahu atau tempenya langsung digoreng
dengan tepung basah dari bahan singkong, bukan dari tepung yang sudah dibungkus
di pasaran. Rasanya benar-benar gurih dan renyah dinikmati dalam keadaan panas,
apalagi di suasana dieng yang dingin. Makanan khas ini sangat rekomended untuk
dicicipi pencinta kuliner.
Pendaki :-D
Setelah menikmati
kawah sikidang yang baunya persis telur busuk, sebenarnya saya tidak menikmati kawahnya tapi pemandangannya heeee, kita menuju telaga warna. Letak eksotisme telaga ini adalah ia memiliki
keunikan warna di permukaan danau yang bisa berubah-ubah. Ditambah lagi suasana
yang masih sangat asri dan udara yang sejuk ditambah dikelilingi oleh hutan dan
bukit. Di area ini tidak hanya menyajikan danau saja, namun juga masih banyak
tempat wisata yang bisa kita lihat seperti goa-goa yang berbau mistik.
Telaga Warna, Pinjem Model Tuan Rumah :-D
Selain
makanan khas tempe kemul, ada satu makanan khas Dieng yang juga sangat sayang jika
tidak kita cicipi, yaitu Carica. Carica merupakan nama yang diambil dari nama
latin yang berarti papaya. Ya, buahnya persis papaya sehingga sering juga orang
menyebutnya papaya hutan. Cara penyajian dan rasanya juga unik. Carica
kebanyakan dibuat menjadi manisan yang lezat, bisa dihidangan dengan ditambah
es ataupun tidak. Konon katanya buah ini di Indonesia hanya tumbuh di Dieng,
meskipun ada juga yang bilang tidak hanya di Dieng. Salam Traveler :-p
Carica dalam bentuk Manisan
Wujud Asli CARICA
Syal, satu satu ole-oleh kreatifitas Masyarakat Dieng